Ada 3 ahli yang berpendapat.
Menurut Weber : kemungkinan dimana seseorang di dalam hubungan sosialnya
mempunyai posisi untuk melakukan keinginannya tanpa perlawanan
Menurut Buckley : kendali atau pengaruh atas perilaku orang lain untuk mendukung
pandangan seseorang tanpa sepengetahuan mereka, bertentangan dengan
keinginan atau pemahaman mereka
Menurut Kipnis : interaksi antara dua pihak, pemegang kekuasaan dan target
person, dimana perilaku tadi diarahkan oleh pemegang kekuasaan
Jumat, 26 November 2010
sumber kekuasaan
Dasar-dasar atau Sumber-sumber Kekuasaan
1. Reward
2. Coersive
3. Legitimate
4. Referent
5. Expert
1. Reward
2. Coersive
3. Legitimate
4. Referent
5. Expert
Proses-proses Kekuasaan
Proses-proses Kekuasaan
1. Adanya kepatuhan
2. Formasi Koalisi (sub kelompok dalam kelompok yang lebih besar)
1. Adanya kepatuhan
2. Formasi Koalisi (sub kelompok dalam kelompok yang lebih besar)
Jumat, 19 November 2010
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kelompok
v Adanya interaksi antar orang-orang yang ada di dalam kumpulan atau suatu kerumunan.
v Ikatan emosional sebagai pernyataan kebersamaan.
v Tujuan atau kepentingan bersama yang ingin dicapai.
v Kepemimpinan yang dipatuhi dalam rangka mencapai tujuan atau kepentingan bersama.
v Norma yang diakui dan diikuti oleh mereka yang terlibat di dalamnya.
v Dalam kelompok dapat dicapai tujuan atau kepentingan pribadi yang penting, misalnya kedudukan dan penghargaan. v Kelompok menyajikan kegitan yang menarik, misalnya diskusi, menjelajah alam, olahraga, dan lain-lainnya.
v Dapat memenuhi kebutuhan pribadi dalam kelompok, misalnya kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki.
faktor-faktor yang dapat menurunkan tingkat kohesivitas/kepaduan.
Ø Ketidaksamaan tentang tujuan.
Ketidaksamaan pandangan tentang tujuan dari para anggota kelompok dapat menimbulkan adanya konflik. Bila konflik yang terjadi tuidak dapat dikendalikan dapat menyebabkan adanya penurunan tingkat kepaduan.
Ø Besarnya anggota kelompok.
Sejalan dengan bertambah besarnya kelompok, maka frekuensi interaksi di antara anggota kelompok akan menurun. Dengan demikian dapat menurunkan tingkat kepaduan.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kohesivitas
Ø Kesamaan nilai dan tujuan.
Kohesivitas akan terjadi bila anggota kelompok memiliki sikap, nilai dan tujuan yang sama.
Ø Keberhasilan dalam mencapai tujuan.
Keberhasilan dalam mencapai tujuan yang penting dapat meningkatkan kesatuan kelompok, kepuasan antar anggota kelompok dan membuat kelompok menjadi lebih menarik bagi anggotanya.
Ø Status kelompok.
Kelompok yang memiliki status atau kedudukan yang lebih tinggi lebih menarik bagi para anggotanya.
Ø Penyelesaian perbedaan.
Jika terjadi perbedaan tentang suatu masalah penting yang terjadi dalam kelompok, maka diperlukan penyelesaian yang dapat memuaskan semua anggota.
Ø Kecocokan terhadap norma-norma.
Norma membantu dan mempermudah dalam meramalkan dan mengendalikan perilaku yang terjadi dalam kelompok.
Ø Daya tarik pribadi.
Kohesivitas atau kepaduan akan meningkat jika terdapat adanya daya tarik dari para anggota yaitu adanya kepercayaan timbal balik dan saling memberikan dukungan. Daya tarik ini berfungsi untuk mengatasi hambatan dalam mencapai tujuan.
Ø Persaingan antar kelompok.
Persaingan antar kelompok yang terjadi dapat menyebabkan anggota kelompok lebih erat dan bersatu dalam melakukan aktivitasnya.
Ø Pengakuan dan penghargaan.
Jika suatu kelompok berprestasi dengan baik kemudian mendapat pengakuan dan penghargaan dari pimpinan, maka dapat meningkatkan kebanggaan dan kesetian dari anggota kelompok.
Ø Pengalaman yang tidak menyenangkan dengan kelompok.
Ketika anggota kelompok tidak menarik antara satu sama lainnya atau kurang kepercayaan di antara mereka atau adanya pengalaman yang tidak menyenangkan dapat menurunkan adanya tingkat kepaduan.
Ø Persaingan intern antar anggota kelompok.
Persaingan intern anggota kelompok menyebabkan adanya konflik, permusuhan dan mendorong adanya perpecahan di antara anggota kelompok.
Ø Dominasi.
Jika satu atau lebih anggota kelompok mendominasi kelompok atau karena sifat kepribadian tertentu yang cenderung tidak senang berinteraksi dengan anggota kelompok maka kepaduan atau kohesivitas tidak akan berkembang. Prilaku seperti itu akan menimbulkan terjadinya klik-klikdalam kelompok yang dapat menurunkan tingkat kepaduan.
definisi kohesivitas kelompok
Kohesivitas kelompok merupakan suatu keadaan kelompok yang memiliki soladiritas yang tinggi, bekerjasama dengan baik dan mempunyai komitmen bersama yang kuat untum mencapai tujuan kelompok sehingga anggota kelompoknya merasa puas.
Dalam kelompok yang kohesif anggotanya mempersepsikan anggota kelompok yang lain secara positif sehingga konflik dan pertentangan selalu diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Dalam kelompok yang kohesif anggotanya mempersepsikan anggota kelompok yang lain secara positif sehingga konflik dan pertentangan selalu diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Jumat, 12 November 2010
Cara Mencegah Groupthink
tujuh cara mencegah groupthink (209-15):
- . Pemimpin harus menetapkan setiap anggota peran "evaluator kritis". Hal ini memungkinkan setiap anggota untuk bebas udara keberatan dan keraguan.
- Tinggi-up tidak boleh menyatakan pendapat ketika menetapkan tugas ke grup.
- Organisasi harus membuat beberapa kelompok independen, bekerja pada masalah yang sama.
- . Semua alternatif yang efektif harus diperiksa.
- Setiap anggota harus mendiskusikan ide-ide kelompok dengan orang-orang terpercaya di luar kelompok.
- Kelompok tersebut harus mengundang ahli dari luar ke dalam pertemuan. Anggota kelompok harus dibiarkan untuk mendiskusikan dengan dan pertanyaan para ahli luar.
- ASetidaknya satu anggota grup harus diberi peran Devil's advokat . This should be a different person for each meeting. Ini harus menjadi orang yang berbeda untuk setiap pertemuan.
pengertian deindividuasi
deindividuation sebagai hilangnya kesadaran diri dan ketakutan evaluasi, yang terjadi dalam situasi kelompok anonimitas yang mendorong dan menarik perhatian dari individu (Myers, 305)
Gejala Indikasi Groupthink
Irving Janis merancang delapan gejala indikasi groupthink (1977).
- Ilusi dari kekebalan menciptakan optimisme yang berlebihan dan mengambil risiko mendorong.
- Rasionalisasi peringatan yang mungkin menantang asumsi kelompok.
- Diragukan lagi kepercayaan dalam moralitas kelompok, menyebabkan anggota untuk mengabaikan konsekuensi dari tindakan mereka.
- Stereotipe orang-orang yang menentang kelompok secara lemah, jahat, bias, dengki, cacat, impoten, atau bodoh.
- Langsung tekanan untuk menyesuaikan ditempatkan pada setiap anggota yang pertanyaan kelompok, ditulis dalam hal "ketidaksetiaan".
- Self sensor gagasan yang menyimpang dari konsensus kelompok jelas.
- Ilusi kebulatan antara anggota kelompok, diam dipandang sebagai perjanjian.
- Pikiran penjaga --menunjuk anggota kelompok sendiri yang perisai dari dissenting informasi.
Penyebab Groupthink
Psikolog sosial Clark McCauley 's tiga kondisi di mana groupthink terjadi:
- Kepemimpinan direktif.
- Homogenitas anggota dari latar belakang sosial dan ideologi.
- Isolasi kelompok dari sumber luar informasi dan analisis.
Pengertian Groupthink
Groupthink adalah jenis pemikiran dalam dalam kelompok sangat kohesif yang anggotanya mencoba untuk meminimalkan konflik dan mencapai konsensus tanpa kritis pengujian, analisis dan mengevaluasi ide-ide. Ini adalah konsekuensi negatif kedua potensi kohesi kelompok.
Irving Janis mempelajari sejumlah kebijakan Luar Negeri Amerika 'bencana' seperti kegagalan untuk mengantisipasi Jepang menyerang Pearl Harbor (1941), dari Babi kegagalan Bay (1961) ketika pemerintah AS berusaha untuk menggulingkan pemerintah Kuba Fidel Castro, dan penuntutan Perang Vietnam (1964-1967) oleh Presiden Lyndon Johnson. Dia menyimpulkan bahwa dalam setiap kasus ini, keputusan yang dibuat sebagian besar karena sifat kohesif dari komite yang membuat mereka. Selain itu, kekompakan yang mencegah pandangan bertentangan dari yang disajikan dan kemudian dievaluasi. . Seperti yang didefinisikan oleh Janis, "Sebuah cara berpikir bahwa orang-orang terlibat dalam ketika mereka sangat terlibat dalam-dalam grup kohesif, ketika para anggota 'hasrat untuk kebulatan suara menimpa motivasi mereka untuk secara realistis menilai program alternatif tindakan".
Ikreativitas individu, keunikan, dan berpikir independen yang hilang dalam mengejar kohesivitas kelompok seperti juga keuntungan dari saldo yang wajar dalam pilihan dan berpikir yang biasanya bisa diperoleh dengan membuat keputusan sebagai sebuah kelompok. Selama groupthink, anggota menghindari kelompok mempromosikan sudut pandang di luar zona kenyamanan konsensus berpikir.Berbagai motif untuk ini mungkin ada seperti keinginan untuk menghindari dilihat sebagai bodoh, atau keinginan untuk menghindari kemarahan memalukan atau anggota lain dari grup.Groupthink dapat menyebabkan kelompok untuk membuat tergesa-gesa, keputusan irasional, dimana keraguan individu disisihkan, karena takut mengacaukan keseimbangan kelompok. Istilah ini sering digunakan pejoratively, di belakang. Selain itu, sulit untuk menilai kualitas pengambilan keputusan dalam hal hasil sepanjang waktu, tetapi orang bisa hampir selalu mengevaluasi kualitas proses pengambilan keputusan.
Norming dalam kel External
- Tahap Norming (Penetapan aturan-aturan/nilai-nilai) dalam kelompok External
Kelompok CAC ini belum mencapai tahap Performing (Penyempurnaan), karena setiap anggota atau hubungan personalnya tidak mencapai kesalingtergantungan antar anggota, bahkan setiap anggota ada yang tidak terlalu dekat karena jumlahnya mencapai 80 orang. Selama kelompok itu masih berjalan, tahapan adjourning tidak akan tercapai.
Tahap Norming
Norming dalam Kelompok Internal
Didalam kelompok shutter ini, hubungan antar kelompok sangat erat dan dibutuhkan kerjasama yang baik untuk mencapai tujuan yang maksimum. Kelompok ini memiliki aturan yang sifatnya tertulis dan tidak tertulis yang harus dipatuhi oleh setiap anggota.
Jika tahap-tahap yang dilalui kelompok dalam proses pembentukan kelompok, seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa ternyata kelompok Shutter ini belum mencapai tahap selanjutnya yaitu tahap performing dan tahap adjourning. Karena kelompok ini diantara para anggota kelompok tidak saling merasa ketergantungan, tetapi lebih mengarah kepada hubungan personal antar anggota kelompoklah yang sangat kuat.
Didalam kelompok shutter ini, hubungan antar kelompok sangat erat dan dibutuhkan kerjasama yang baik untuk mencapai tujuan yang maksimum. Kelompok ini memiliki aturan yang sifatnya tertulis dan tidak tertulis yang harus dipatuhi oleh setiap anggota.
Jika tahap-tahap yang dilalui kelompok dalam proses pembentukan kelompok, seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa ternyata kelompok Shutter ini belum mencapai tahap selanjutnya yaitu tahap performing dan tahap adjourning. Karena kelompok ini diantara para anggota kelompok tidak saling merasa ketergantungan, tetapi lebih mengarah kepada hubungan personal antar anggota kelompoklah yang sangat kuat.
Pandangan lain TTG deindividuasi
Menurut Lorenz, deindividuasi dapat mengarahkan individu kepada keleluasaan dalam melakukan agresi sehingga agresi yang dilakukan bisa lebih intens. Hal itu didukung penelitian penjara tiruan oleh Zimbardo dan kolega-koleganya. Deindividuasi mengurangi peran identitas diri atau personalitas individu pelaku ataupun korbannya. Pada kondisi normal, identitas diri berfungsi mambatasi intensitas agresi.
Anonimitas adalah Faktor kunci Deindividuasi
Faktor kunci dalam deindividuasi adalah anonimitas (Forsyth, 1990). Apa saja yang membuat seseorang menjadi kurang dapat dikenali secara pribadi dapat meningkatkan efek deindividuasi. Makin anonim seseorang, makin berkurang tanggungjawab mereka atas tindakan-tindakan mereka. Akibatnya, anonimitas mendorong terbentuknya tingkahlaku yang tidak bertanggungjawab.
Dengan anominitas pada dirinya, seorang aparat hukum berani berkonspirasi, dengan tidak melakukan kewajibannya sebagaimana yang semestinya harus ia kerjakan. Sebaliknya, ia justru berani menerima tawaran untuk bersekongkol, yang tentunya berujung pada sebuah imbalan harga yang layak atas “jasanya” itu. Selanjutnya, anonimitas membuat aparat hukum lepas tangan atas tindakan “buruk” yang dilakukannya itu. Cirinya sangat jelas, yaitu upaya lempar-melempar tanggungjawab. Padahal tanggungjawab itu sebenarnya adalah tanggungan mereka sendiri. Anonimitas menciptakan kekaburan tanggung jawab yang membuat seseorang tidak merasa bersalah atas perbuatan salah yang telah dilakukannya.
Deindividuasi
Membuka ruang konspirasi, yang lebih dikenal dengan istilah sogokan, terhadap koruptor untuk kabur adalah fenomena penegasan yang membuktikan kurangnya tanggungjawab para penegak hukum terhadap peran yang dipercayakan padanya. Sedangkan tindakan saling melempar tanggungjawab antar penegak hukum lantaran kaburnya seorang koruptor, adalah upaya mereka untuk “cuci tangan” atau mau menghindar dari keburukan tersebut. Lalu siapakah yang mesti bertangungjawab?
Kondisi lemahnya tanggungjawab ini menandakan sebuah gejala deindividuasi dalam kesadaran hukum kita. Deindividuasi adalah hilangnya tanggungjawab pribadi yang menjadikan kepedulian seseorang berkurang terhadap akibat-akibat dari tindakan-tindakannya (Zimbardo, 1970). Akibatnya, seseorang menjadi lemah dalam kesadaran diri untuk melakukan suatu kewajiban moral ataupun hukum. Padahal tanggungjawab hukum bukanlah beban segelintir orang saja, melainkan segenap individu dengan segala tugas dan kedudukan yang diampunya.
Gejala deindividuasi di dalam tubuh penegak hukum mengakibatkan lembaga ini tidak berjalan dengan efektif sebagaimana mestinya. Hukum yang seharusnya ditegakkan sebaliknya malahan dicampakkan. Koruptor yang semestinya dihukum dan dipenjara, malah bisa bebas dengan status tidak bersalah. Keadilan yang semestinya diutamakan dan dijunjung tinggi, malahan ditelantarkan. Maka, jangan kaget jika hukum kita ternyata bisa dihargai dengan sepeser uang.
Kondisi lemahnya tanggungjawab ini menandakan sebuah gejala deindividuasi dalam kesadaran hukum kita. Deindividuasi adalah hilangnya tanggungjawab pribadi yang menjadikan kepedulian seseorang berkurang terhadap akibat-akibat dari tindakan-tindakannya (Zimbardo, 1970). Akibatnya, seseorang menjadi lemah dalam kesadaran diri untuk melakukan suatu kewajiban moral ataupun hukum. Padahal tanggungjawab hukum bukanlah beban segelintir orang saja, melainkan segenap individu dengan segala tugas dan kedudukan yang diampunya.
Gejala deindividuasi di dalam tubuh penegak hukum mengakibatkan lembaga ini tidak berjalan dengan efektif sebagaimana mestinya. Hukum yang seharusnya ditegakkan sebaliknya malahan dicampakkan. Koruptor yang semestinya dihukum dan dipenjara, malah bisa bebas dengan status tidak bersalah. Keadilan yang semestinya diutamakan dan dijunjung tinggi, malahan ditelantarkan. Maka, jangan kaget jika hukum kita ternyata bisa dihargai dengan sepeser uang.
Kamis, 28 Oktober 2010
Pertukaran sosial
Definisi: Sosial teori pertukaran mengusulkan bahwa perilaku sosial adalah hasil dari suatu proses pertukaran. Tujuan pertukaran ini adalah untuk memaksimalkan manfaat dan meminimalkan biaya. . Menurut teori ini, orang-orang mempertimbangkan manfaat potensial dan resiko dari hubungan sosial. . Ketika risiko lebih besar daripada manfaat, orang akan menghentikan atau meninggalkan hubungan itu.
PEMBENTUKAN KELOMPOK dari PSIKOANALISIS
Pengaturaan kelompok, bahwa pembentukan kelompok terjadi secara heterogen, artinya anggota tidak terbatas pada jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, etnik, sosial budaya, namun terbatas pada masalah yang sama atau hampir sama. Anggota kelompok dipilih berdasarkan pada konseling individual, yang di situ klien masih memiliki fleksibilitas ego secukupnya. Ini memungkinkan mereka untuk saling berinteraksi secara aktif dan mempermudah terjadinya tritmen kelompok.
1. Kelompok terdiri dari 5-6 orang
2. Anggota kelompok terdiri dari individu yang memiliki masalah hampir sama.
3. Merupakan terapi individu dalam kelompok yang mempunyai orientasi analitik.
4. Perwujudan dinamika kelompok adalah keterlibatan anggota dalam diskusi kelompok, hal ini sengaja dimanfaatkan dan diarahkan untuk tujuan konseling kelompok agar mampu memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan pribadi anggota yang terlibat di dalamnya.
5. Pemimpin mencari terjadinya perubahan tingkah laku menyimpang dalam kelompok dengan menjelaskan proses kelompok setiap kali para anggota memberi respon.
6. Mengarahkan tranferensi dan resistensi kelompok untuk memperoleh dasar perubahan kepribadian anggota.
Macam-macam Konflik
Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam :
- konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))
- konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
- konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
- konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
- konflik antar atau tidak antar agama
- konflik antar politik.
Penyebab Konflik
Faktor penyebab konflik
- Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
- Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
- Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
- Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik
Pengertian Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik
Senin, 18 Oktober 2010
CARA MENYIKAPI PERILAKU MASSA
1. Memahami bentuk perilaku kolektif
2. Memahami motif perilaku kolektif
3. Perencanaan penyelesaian yang matang
4. Kesiaan mental petugas
5. Pengendalian diri yang baik
6. Keberanian dalam bersikap
MACAM-MACAM BENTUK PERILAKU KOLEKTIF
A. CROWD (KERUMUNAN)
Secara deskriptif Milgram (1977) melihat kerumunan (crowd) sebagai
1. Sekelompok orang yang membentuk agregasi (kumpulan),
2. Jumlahnya semakin lama semakin meningkat,
3. Orang-orang ini mulai membuat suatu bentuk baru (seperti lingkaran),
4. Memiliki distribusi diri yang bergabung pada suatu saat dan tempat tertentu dengan lingkaran (boundary) yang semakin jelas, dan
5. Titik pusatnya permeable dan saling mendekat.
Ada beberapa bentuk kerumunan (Crowd) yang ada dalam masyarakat:
1. Temporary Crowd : orang yang berada pada situasi saling berdekatan di suatu tempat dan pada situasi sesaat
2. Casual Crowd : sekelompok orang yang berada di ujung jalan dan tidak memiliki maksud apa-apa
3. Conventional Crowd : audience yang sedang mendengarkan ceramah
4. Expressive Crowd: sekumpulan orang yang sedang nonton konser musik yang menari sambil sesekali ikut melantunkan lagu
5. Acting Crowd atau rioting crowd : sekelompok massa yang melakukan tindakan kekerasan
6. Solidaristic Crowd: kesatuan massa yang munculnya karena didasari oleh kesamaan ideologi
B. MOB :
Adalah kerumunanan (Crowds) yang emosional yang cenderung melakukan kekerasan/penyimpangan (violence) dan tindakan destruktif. Umumnya mereka melakukan tindakan melawan tatanan sosial yang ada secara langsung. Hal ini muncul karena adanya rasa ketidakpuasan, ketidakadilan, frustrasi, adanya perasaan dicederai oleh institusi yang telah mapan atau lebih tinggi. Bila mob ini dalam skala besar, maka bentuknya menjadi kerusuhan massa. Mereka melakukan pengrusakan fasilitas umum dan apapun yang dipandang menjadi sasaran kemarahanannya.
C. PANIC
Adalah bentuk perilaku kolektif yang tindakannya merupakan reaksi terhadap ancaman yang muncul di dalam kelompok tersebut. Biasanya berhubungan dengan kejadian-kejadian bencana (disaster). Tindakan reaksi massa ini cenderung terjadi pada awal suatu kejadian, dan hal ini tidak terjadi ketika mereka mulai tenang. Bentuk lebih parah dari kejadian panik ini adalah Histeria Massa. Pada histeria massa ini terjadi kecemasan yang berlebihan dalam masyarakat. misalnya munculnya isue tsunami, banjur.
D. RUMORSAdalah suatu informasi yang tidak dapat dibuktikan, dan dikomunikasikan yang muncul dari satu orang kepada orang lain (isu sosial). Umumnya terjadi pada situasi dimana orang seringkali kekurangan informasi untuk membuat interpretasi yang lebih komprehensif. Media yang digunakan umumnya adalah telepon.
E. OPINI PUBLICAdalah sekelompok orang yang memiliki pendapat beda mengenai sesuatu hal dalam masyarakat. Dalam opini publik ini antara kelompok masyarakat terjadi perbedaan pandangan / perspektif. Konflik bisa sangat potensial terjadi pada masyarakat yang kurang memahami akan masalah yang menjadi interes dalam masayarakat tersebut. Contoh adalah adanya perbedaan pendangan antar masyarakat tentang hukuman mati, pemilu, penetapan undang-undang tertentu, dan sebagainya. Bentuknya biasanya berupa informasi yang beda, namun dalam kenyataannya bisa menjadi stimulator konflik dalam masyarakat.
F. PROPAGANDAAdalah informasi atau pandangan yang sengaja digunakan untuk menyampaikan atau membentuk opini publik. Biasanya diberikan oleh sekelompok orang, organisasi, atau masyarakat yang ingin tercapai tujuannya. Media komunikasi banyak digunakan untuk melalukan propaganda ini. Kadangkala juga berupa pertemuan kelompok (crowds).Penampilan dari public figure kadang kala menjadi senjata yang ampuh untuk melakukan proraganda ini.
http://suryanto.blog.unair.ac.id/2008/12/03/
Definisi Psikologi Massa
Psikologi adalah ilmu tentang perilaku dan proses mental.
Massa dapat diartikan sebagai bentuk kolektivisme (kebersamaan).
Oleh karena itu psikologi massa akan berhubungan perilaku yang dilakukan secara bersama-sama oleh sekelompok massa. Fenomena kebersamaan ini diistilahkan pula sebagai Perilaku Kolektif (Collective Behavior)
Dalam perilaku kolektif, seseorang atau sekelompok orang ingin melakukan perubahan sosial dalam kelompoknya, institusinya, masyarakatnya. Tindakan kelompok ini ada yang diorganisir, dan ada juga tindakan yang tidak diorganisir. Tindakan yang terorganisir inilah yang kemudian banyak dikenal orang sebagai gerakan social (Social Movement).
Perilaku kolektif yang berupa gerakan sosial, seringkali muncul ketika dalam interaksi sosial itu terjadi situasi yang tidak terstruktur, ambigious (ketaksaan/ membingungkan), dan tidak stabil.
sumber : http://suryanto.blog.unair.ac.id/2008/12/03/
Massa dapat diartikan sebagai bentuk kolektivisme (kebersamaan).
Oleh karena itu psikologi massa akan berhubungan perilaku yang dilakukan secara bersama-sama oleh sekelompok massa. Fenomena kebersamaan ini diistilahkan pula sebagai Perilaku Kolektif (Collective Behavior)
Dalam perilaku kolektif, seseorang atau sekelompok orang ingin melakukan perubahan sosial dalam kelompoknya, institusinya, masyarakatnya. Tindakan kelompok ini ada yang diorganisir, dan ada juga tindakan yang tidak diorganisir. Tindakan yang terorganisir inilah yang kemudian banyak dikenal orang sebagai gerakan social (Social Movement).
Perilaku kolektif yang berupa gerakan sosial, seringkali muncul ketika dalam interaksi sosial itu terjadi situasi yang tidak terstruktur, ambigious (ketaksaan/ membingungkan), dan tidak stabil.
sumber : http://suryanto.blog.unair.ac.id/2008/12/03/
Selasa, 12 Oktober 2010
Perbedaan organisasi formal dan informal
1. Organisasi Formal
Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang rasional. Contoh : Perseroan terbatas, Sekolah, Negara, dan lain sebagainya.
2. Organisasi Informal
Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. Contoh : Arisan ibu-ibu sekampung, belajar bersama anak-anak sd, kemping ke gunung pangrango rame-rame dengan teman, dan lain-lain.
Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang rasional. Contoh : Perseroan terbatas, Sekolah, Negara, dan lain sebagainya.
2. Organisasi Informal
Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. Contoh : Arisan ibu-ibu sekampung, belajar bersama anak-anak sd, kemping ke gunung pangrango rame-rame dengan teman, dan lain-lain.
Organisasi menurut para tokoh
1. Organisasi Menurut Stoner
Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.
2. Organisasi Menurut James D. Mooney
Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
3. Organisasi Menurut Chester I. Bernard
Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.
2. Organisasi Menurut James D. Mooney
Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
3. Organisasi Menurut Chester I. Bernard
Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Karakteristik kelompok kecil
Karakteristik dari kelompok kecil, yaitu : ditujukan pada kognisi komunikan, prosesnya berlangsung secara dialogis, sirkular, komunikator menunjukkan pesan atau pikiran kepada komunikan, umpan balik berbentuk verbal.
karakteristik dari kelompok besar, yaitu : ditujukan kepada efeksi komunikan, prosesnya berlangsung secara linear, dialogis namun berbentuk tanya jawab.
Teori Komunikasi; karangan S. Djuarsa Sendjadja.
karakteristik dari kelompok besar, yaitu : ditujukan kepada efeksi komunikan, prosesnya berlangsung secara linear, dialogis namun berbentuk tanya jawab.
Teori Komunikasi; karangan S. Djuarsa Sendjadja.
Individu masuk suatu kelompok
Asumsi dasar dari teori ini adalah suatu individu terdorong untuk memasuki suatu kelompok karena didasari oleh beberapa hal, yaitu :
1.Inclusion, yaitu keinginan seseorang untuk masuk dalam suatu kelompok. Dalam posisi ini, seseorang cenderung berpikir bagaimana cara mereka berinteraksi dalam lingkungan kelompok yang baru ini, seperti sikap apa yang akan saya ambil jika saya memasuki kelompok ini. Dalam situasi ini, akan ada dua kemungkinan yang akan dilakukan, yaitu bereaksi berlebihan (over-react) seperti mendominasi pembicaraan, dan bereaksi kekurangan (under-react) seperti lebih sering mendengarkan atau hanya ingin membagi sebagian kisah hidup kepada orang-orang yang dipercayai saja.
2.Control, yaitu suatu sikap seseorang untuk mengendalikan atau mengatur orang lain dalam suatu tatanan hierarkis. Dalam posisi ini pembagian kerja seperti sangat dibutuhkan untuk menghasilkan sesuatu yang produktif. Situasi ini dapat menciptakan beberapa sikap, yaitu otokrat (sikap individu yang memiliki kecenderungan lebih kuat atau mendominasi dari pada anggota kelompok lainnya), dan abdikrat (sikap individu yang menyerah dan cenderung mengikuti apa yang dikatakan oleh individu yang mendominasi).
3.Affection, yaitu suatu keadaan dimana seseorang ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang lain. Dalam situasi ini, seseorang membutuhkan kasih sayang sebagai suatu pendukung dalam menyelesaikan pekerjaannya. Sikap seperti ini akan menciptakan overpersonal (suatu keadaan dalam diri individu dimana tidak dapat mengerjakan pekerjaan karena tidak adanya ikatan kasih sayang), dan underpersonal (suatu keadaan dalam diri individu dimana tidak adanya kasih sayang yang diberikan anggota lain tidak berpengaruh terhadap pekerjaannya).
.Teori-Teori Psikologi Sosial; karangan Sarlito Wirawan Sarwono.
Pengertian Dyad
Dyad adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua orang. Vertical-dyad itu sendiri merupakan hubungan yang terjadi antara dua orang yang berada pada tingkat atau level yang berbeda dalam suatu organisasi, atasan dan bawahannya (Landy, 1989). Jadi, hubungan vertical-dyad ini dapat disebut sebagai interaksi yang terjadi antara atasan dengan bawahan.
Sabtu, 09 Oktober 2010
Karakterisitk Remaja membentuk Kelompok
Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress) sampai sekarang masih banyak dikutip orang.
Gunarsa, S. D. (1989). PsikologiPperkembangan: Anak dan Remaja. Jakarta: BPK. Gunung Mulia.
Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved (Santrock, 2003, Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988). Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.
Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:
- Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
- Ketidakstabilan emosi.
- Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
- Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
- Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang tua.
- Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.
- Senang bereksperimentasi.
- Senang bereksplorasi.
- Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
- Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.
Gunarsa, S. D. (1989). PsikologiPperkembangan: Anak dan Remaja. Jakarta: BPK. Gunung Mulia.
Rabu, 06 Oktober 2010
Kelompok berdasarkan Karakteristik komunikasinya
Rakhmat, Jalaluddin, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya.
Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut:
- Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
- Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.
- Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok sekunder adalah sebaliknya.
- Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.
- Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.
Sifat-sifat komunikasi kelompok
Sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:
1. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka;
2. Kelompok memiliki sedikit partisipan;
3. Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin;
4. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama;
5. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.
Karakteristik Kelompok Berdasarkan Faktor Situasional dan Individual
Jalaluddin Rakhmat (2004) meyakini bahwa faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu:
1. Faktor situasional karakteristik kelompok:
a. Ukuran kelompok.
Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi krja kelompok bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok. Tugas kelompok dapat dibedakan dua macam, yaitu tugas koaktif dan interaktif. Pada tugas koaktif, masing-masing anggota bekerja sejajar dengan yang lain, tetapi tidak berinteraksi. Pada tugas interaktif, anggota-anggota kelompok berinteraksi secara teroganisasi untuk menghasilkan suatu produk, keputusan, atau penilaian tunggal. Pada kelompok tugas koatif, jumlah anggota berkorelasi positif dengan pelaksanaan tugas. Yakni, makin banyak anggota makin besar jumlah pekerjaan yang diselesaikan. Misal satu orang dapat memindahkan tong minyak ke satu bak truk dalam 10 jam, maka sepuluh orang dapat memindahkan pekerjaan tersebut dalam satu jam. Tetapi, bila mereka sudah mulai berinteraksi, keluaran secara keseluruhan akan berkurang.
Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan ukuran kelompok adalah tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok memelukan kegiatan konvergen (mencapai suatu pemecahan yang benar), hanya diperlukan kelompok kecil supaya produktif, terutama bila tugas yang dilakukan hanya membutuhkan sumber, keterampilan, dan kemampuan yang terbatas. Bila tugas memerlukan kegiatan yang divergen (seperti memhasilkan gagasan berbagai gagasan kreatif), diperlukan jumlah anggota kelompok yang lebih besar.
Dalam hubungan dengan kepuasan, Hare dan Slater (dalam Rakmat, 2004) menunjukkan bahwa makin besar ukuran kelompok makin berkurang kepuasan anggota-anggotanya. Slater menyarankan lima orang sebagai batas optimal untuk mengatasi masalah hubungan manusia. Kelompok yang lebih dari lima orang cenderung dianggap kacau, dan kegiatannya dianggap menghambur-hamburkan waktu oleh anggota-anggota kelompok.
b. Jaringan komunikasi.
Terdapat beberapa tipe jaringan komunikasi, diantaranya adalah sebagai berikut: roda, rantai, Y, lingkaran, dan bintang. Dalam hubungan dengan prestasi kelompok, tipe roda menghasilkan produk kelompok tercepat dan terorganisir.
c. Kohesi kelompok.
Kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok. McDavid dan Harari (dalam Jalaluddin Rakmat, 2004) menyarankam bahwa kohesi diukur dari beberapa faktor sebagai berikut: ketertarikan anggota secara interpersonal pada satu sama lain; ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok; sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personal.
Kohesi kelompok erat hubungannya dengan kepuasan anggota kelompok, makin kohesif kelompok makin besar tingkat kepuasan anggota kelompok. Dalam kelompok yang kohesif, anggota merasa aman dan terlindungi, sehingga komunikasi menjadi bebas, lebih terbuka, dan lebih sering. Pada kelompok yang kohesifitasnya tinggi, para anggota terikat kuat dengan kelompoknya, maka mereka makin mudah melakukan konformitas. Makin kohesif kelompok, makin mudah anggota-anggotanya tunduk pada norma kelompok, dan makin tidak toleran pada anggota yang devian.
d. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan kefektifan komunikasi kelompok. Klasifikasi gaya kepemimpinan yang klasik dilakukan oleh White danLippit (1960). Mereka mengklasifikasikan tiga gaya kepemimpinan: otoriter; demokratis; dan laissez faire. Kepemimpinan otoriter ditandai dengan keputusan dan kebijakan yang seluruhnya ditentukan oleh pemimpin. Kepemimpinan demokratis menampilkan pemimpin yang mendorong dan membantu anggota kelompok untuk membicarakan dan memutuskan semua kebijakan. Kepemimpinan laissez faire memberikan kebebasan penuh bagi kelompok untuk mengambil keputusan individual dengan partisipasi dengan partisipasi pemimpin yang minimal.
2. Faktor personal karakteristik kelompok:
a. Kebutuhan interpersonal
William C. Schultz (1966) merumuskan Teori FIRO (Fundamental Interpersonal Relations Orientatation), menurutnya orang menjadi anggota kelompok karena didorong oleh tiga kebutuhan intepersonal sebagai berikut:
1) Ingin masuk menjadi bagian kelompok (inclusion).
2) Ingin mengendalikan orang lain dalam tatanan hierakis (control).
3) Ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang lain.
b. Tindak komunikasi
Mana kala kelompok bertemu, terjadilah pertukaran informasi. Setiap anggota berusaha menyampaiakan atau menerima informasi (secara verbal maupun nonverbal). Robert Bales (1950) mengembangkan sistem kategori untuk menganalisis tindak komunikasi, yang kemudian dikenal sebagai Interaction Process Analysis (IPA).
c. Peranan
Seperti tindak komunikasi, peranan yang dimainkan oleh anggota kelompok dapat membantu penyelesaian tugas kelompok, memelihara suasana emosional yang lebih baik, atau hanya menampilkan kepentingan individu saja (yang tidak jarang menghambat kemajuan kelompok). Beal, Bohlen, dan audabaugh (dalam Rakhmat, 2004: 171) meyakini peranan-peranan anggota-anggota kelompok terkategorikan sebagai berikut:
1) Peranan Tugas Kelompok. Tugas kelompok adalah memecahkan masalah atau melahirkan gagasan-gagasan baru. Peranan tugas berhubungan dengan upaya memudahkan dan mengkoordinasi kegiatan yang menunjang tercapainya tujuan kelompok.
2) Peranan Pemiliharaan Kelompok. Pemeliharaan kelompok berkenaan dengan usaha-usaha untuk memelihara emosional anggota-anggota kelompok.
3) Peranan individual, berkenaan dengan usahan anggota kelompokuntuk memuaskan kebutuhan individual yang tidak relevan dengantugas kelompok.Rakhmat, Jalaluddin, 1994, Psikologi Komunikasi,
Pendekatan Empiris secara Umum
Telaah terhadap kritik yang ditujukan kepada empirisme tidak dimaksudkan untuk menimbulkan keraguan tentang peranan empirisme dalam pembentukan pengetahuan melalui metode ilmiah. Kritik kepada empirisme haruslah dipandang sebagai acuan dalam mencari solusi alternatif mengatasi kelemahan-kelemahan dalam empirisme. Penggunaan pancaindera yang memiliki keterbatasan harus dibantu dengan teknologi yang sempurna untuk menyempurnakan pengamatan. Metode-metode eksperimen yang dijalankan harus ditetapkan secara benar sehingga bias karena keterbatasan pengamatan manusia dapat diminimalisasikan.
Pengalaman-pengalaman yang dibangun sebagai dasar kebenaran harus didukung dengan teori-teori yang relevan. Bergantung pada pengalaman pribadi saja bisa menimbulkan subyektivitas yang tinggi. Oleh sebab itu kajian terhadap pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada sebelumnya harus dilakukan sehingga kebenaran yang ingin didapatkan memiliki sifat obyektivitas yang tinggi. Pengetahuan tidak semata-mata mulai dari pengalaman saja, tetapi ia harus menjelaskan dirinya dengan pengalaman-pengalaman itu.
Dari sudut pandang yang lain, kritik terhadap empirisme perlu juga dipahami sebagai kritik terhadap ilmu pengetahuan. Dengan adanya keterbatasan dalam empirisme sebagai salah satu prosedur dari metode ilmiah, memberi gambaran kepada kita bahwa kebenaran dalam ilmu pengetahuan bukanlah satu-satunya kebenaran yang ada. Tetapi sebagai ilmuwan, kita harus dengan rendah hati mengakui bahwa di luar ilmu pengetahuan masih terdapat kebenaran lain. Dengan demikian, kebenaran ilmu pengetahuan tidak bisa berjalan sendiri, tetapi didalam membangun keharmonisan dan keseimbangan hidup, kebenaran ilmu pengetahuan perlu berdampingan dengan kebenaran-kebenaran dari pengetahuan lain, seperti seni, etika dan agama. Pengetahuan-pengetahuan lain di luar ilmu pengetahuan ilmiah perlu dipahami pula dengan baik oleh para ilmuwan agar dapat menciptakan atau menghasilkan nuansa yang lebih dinamis pada pengetahuan ilmiah.
Pengalaman-pengalaman yang dibangun sebagai dasar kebenaran harus didukung dengan teori-teori yang relevan. Bergantung pada pengalaman pribadi saja bisa menimbulkan subyektivitas yang tinggi. Oleh sebab itu kajian terhadap pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada sebelumnya harus dilakukan sehingga kebenaran yang ingin didapatkan memiliki sifat obyektivitas yang tinggi. Pengetahuan tidak semata-mata mulai dari pengalaman saja, tetapi ia harus menjelaskan dirinya dengan pengalaman-pengalaman itu.
Dari sudut pandang yang lain, kritik terhadap empirisme perlu juga dipahami sebagai kritik terhadap ilmu pengetahuan. Dengan adanya keterbatasan dalam empirisme sebagai salah satu prosedur dari metode ilmiah, memberi gambaran kepada kita bahwa kebenaran dalam ilmu pengetahuan bukanlah satu-satunya kebenaran yang ada. Tetapi sebagai ilmuwan, kita harus dengan rendah hati mengakui bahwa di luar ilmu pengetahuan masih terdapat kebenaran lain. Dengan demikian, kebenaran ilmu pengetahuan tidak bisa berjalan sendiri, tetapi didalam membangun keharmonisan dan keseimbangan hidup, kebenaran ilmu pengetahuan perlu berdampingan dengan kebenaran-kebenaran dari pengetahuan lain, seperti seni, etika dan agama. Pengetahuan-pengetahuan lain di luar ilmu pengetahuan ilmiah perlu dipahami pula dengan baik oleh para ilmuwan agar dapat menciptakan atau menghasilkan nuansa yang lebih dinamis pada pengetahuan ilmiah.
Sabtu, 02 Oktober 2010
Norma-norma kelompok
Di dalam sebuah kelompok terdapat norma-norma yang mempengaruhi dari perilaku dari sebuah kelompok tersebut. Setiap kelompok memiliki suatu pandangan tentang perilaku yang pantas untuk di jalankan setiap anggotanya dan norma-norma inilah yang mengarahkan suatu interaksi di dalam kelompok itu terjadi. Norma terbentu dari proses akumulatif interaksi kelompok. Norma kelompok terbentuk perlahan-lahan ketika seseorang masuk ke dalam sebuah kelompok.
8 Orientasi Teoritis dalam Dinamika Kelompok :
8 Orientasi Teoritis dalam Dinamika Kelompok :
1. Tujuan Kelompok
2. Latar Belakang Kelompok
3. Partisipasi Kelompok
4. Pola Komunikasi
5. Keterpaduan kelompok dan keanggotaannya
6. Suasana Kelompok
7. Norma-norma kelompok
8. Prosedur Pengambilan keputusan.
1. Tujuan Kelompok
2. Latar Belakang Kelompok
3. Partisipasi Kelompok
4. Pola Komunikasi
5. Keterpaduan kelompok dan keanggotaannya
6. Suasana Kelompok
7. Norma-norma kelompok
8. Prosedur Pengambilan keputusan.
Kegunaan dimanika kelompok
Tidak dapat di pungkiri, manusia itu hidup membutuhkan orang lain. Manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini. Bayangkan jika manusia itu hidup hanya seorang diri saja di dunia ini. Bagaimana bisa kita menggunakan pakaian jika tidak ada yang menghasilkan produk baju. bagaimana bisa kita nonton tv jika tidak ada yang menemukan televisi. maka dari itu, Individu satu dengan yang lain akan terjadi kerjasama saling membutuhkan .
Dinamika kelompok memudahkan segala pekerjaan (dalam dinamika kelompok ada saling bantu antara anggota satu dengan anggota yang lain)
Melalui dinamika kelompok segala pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dapat teratasi, mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar, sehingga waktu untuk menyelesaikan pekerjaan dapat diatur secara tepat, efektif dan efisien
Meningkatkan masyarakat yang demokratis, individu satu dengan yang lain dapat memberikan masukan atau berinteraksi dengan lainnya dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat.
Itu adalah contoh kegunaan dari dinamika kelompok..
Dinamika kelompok memudahkan segala pekerjaan (dalam dinamika kelompok ada saling bantu antara anggota satu dengan anggota yang lain)
Melalui dinamika kelompok segala pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dapat teratasi, mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar, sehingga waktu untuk menyelesaikan pekerjaan dapat diatur secara tepat, efektif dan efisien
Meningkatkan masyarakat yang demokratis, individu satu dengan yang lain dapat memberikan masukan atau berinteraksi dengan lainnya dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat.
Itu adalah contoh kegunaan dari dinamika kelompok..
Jumat, 01 Oktober 2010
Kenali 16 sifat Indovidu dalam kelompok
Enam Belas Sifat Kepribadian Utama
1.Penyendiri vs Peramah
2.Kecerdasan rendah vs Kecerdasan tinggi
3.Dipengaruhi oleh perasaanvsStabil secara emosional
4.Pengikut vs Dominan
5.Serius vs Santai
6.Berani mengambil risiko vs Bijaksana/penuh pertimbangan
7.Pemalu vs Petualang
8.Keras hati vs Peka
9.Mudah percaya vs Pencuriga
10.Praktis vs Imajinatif
11.Blak-blakan vs Tersembunyi
12.Percaya diri vs Mudah cemas
13.Konservatif vs Suka mencoba
14.Tergantung pada kelompok vs Mandiri
15.Tidak terkendali vs Terkendali
16.Rileks vs Tegang
1.Penyendiri vs Peramah
2.Kecerdasan rendah vs Kecerdasan tinggi
3.Dipengaruhi oleh perasaanvsStabil secara emosional
4.Pengikut vs Dominan
5.Serius vs Santai
6.Berani mengambil risiko vs Bijaksana/penuh pertimbangan
7.Pemalu vs Petualang
8.Keras hati vs Peka
9.Mudah percaya vs Pencuriga
10.Praktis vs Imajinatif
11.Blak-blakan vs Tersembunyi
12.Percaya diri vs Mudah cemas
13.Konservatif vs Suka mencoba
14.Tergantung pada kelompok vs Mandiri
15.Tidak terkendali vs Terkendali
16.Rileks vs Tegang
Kamis, 30 September 2010
Mengapa Kelompok bisa terbentuk?
Kelompok bisa terbentuk karena berasal dari dua faktor utama yaitu kedekatan dan kesamaan.
Kita terkadang tidak menyadari bahwa kita sedang berada di dalam sebuah kelompok contohnya saja seperti mengantri tiket di dalam sebuah stasiun. Tetapi ada juga kelompok yang di buat secara murni atau sengaja contohnya saja kelompok belajar di sekolah.
Kedekatan
Kedekatan yang terjadi antar indovidu tidak dapat di ukur dalam sebuah kelompok. Kelompok tersusun dari indovidu yang saling berinteraksi maka semakin dekat keterlibatan sesorang semakin mungkin bagi mereka untuk saling bersosialisasi. Jadi keadaan fisik atau kedekatam dapat menimbulkan peluang interaksi dan mungkin akan terbentuknya kelompok sosial yang merupakan sebai peranan terpenting dalam terbentuknya kelompok.
Selain dari kedekatan, agar suatu kelompok itu terbentuk maka di butuhkan pula kesamaan antar anggotanya. Indovidu cenderung lebih suka melakukan sebuah interaksi terhadap mereka yang memiliki kesamaan dengan dirinua. Contoh kesamaan yaitu minay, kepercayaan, nilai, usia, tingkat intelegensi, atau karakter personal.
Kita terkadang tidak menyadari bahwa kita sedang berada di dalam sebuah kelompok contohnya saja seperti mengantri tiket di dalam sebuah stasiun. Tetapi ada juga kelompok yang di buat secara murni atau sengaja contohnya saja kelompok belajar di sekolah.
Kedekatan
Kedekatan yang terjadi antar indovidu tidak dapat di ukur dalam sebuah kelompok. Kelompok tersusun dari indovidu yang saling berinteraksi maka semakin dekat keterlibatan sesorang semakin mungkin bagi mereka untuk saling bersosialisasi. Jadi keadaan fisik atau kedekatam dapat menimbulkan peluang interaksi dan mungkin akan terbentuknya kelompok sosial yang merupakan sebai peranan terpenting dalam terbentuknya kelompok.Kesamaan
Selain dari kedekatan, agar suatu kelompok itu terbentuk maka di butuhkan pula kesamaan antar anggotanya. Indovidu cenderung lebih suka melakukan sebuah interaksi terhadap mereka yang memiliki kesamaan dengan dirinua. Contoh kesamaan yaitu minay, kepercayaan, nilai, usia, tingkat intelegensi, atau karakter personal.
Rabu, 29 September 2010
Situasi Psikologi dalam Lingkup Kelompok
Suatu keadaan psikologis yang kondusif di lingkungan kelompok tidak selamanya terjadi sesuai dengan yang diharapkan. Dalam situasi psikologis kelompok yang kondusif, anggota kelompok mempersepsikan lingkungan tugas dalam keadaan dinamis, tenang, nyaman, damai, saling percaya, penuh kehangatan, dan terjadi interaksi yang aktif dalam relasi sosial antaranggota kelompok, khususnya dalam pengambilan keputusan. Hasil penelitian yang mengkaji situasi kelompok dan kepemimpinan menunjukkan terdapat perbedaan kriteria seorang pemimpin kelompok yang efektif.
Perbedaan kriteria ini, , bergantung pada konteks budaya masyarakat tersebut, yakni budaya kolektivis atau individualistik. Pada budaya kolektivis, pemimpin kelompok yang baik adalah individu yang dapat mendorong interaksi hubungan anggota kelompok yang positif. Ia juga dapat menciptakan situasi kelompok yang kooperatif dan kohesif. Sebaliknya, pada budaya individualistik, pemimpin yang baik adalah individu yang dapat memfokuskan pada pencapaian tujuan kelompok dan lebih menghargai prestasi anggota kelompok daripada memperhatikan dinamika kelompok.
�Situasi psikologis kelompok yang kooperatif, kohesif, dinamis, dan kondusif akan berpengaruh terhadap performansi kelompok, khususnya pada konteks budaya kolektivis,
Dikatakannya bahwa situasi psikologi kelompok yang tidak kondusif dapat menjadi sumber permasalahan riil dan berpengaruh pada performansi kelompok.
Perbedaan kriteria ini, , bergantung pada konteks budaya masyarakat tersebut, yakni budaya kolektivis atau individualistik. Pada budaya kolektivis, pemimpin kelompok yang baik adalah individu yang dapat mendorong interaksi hubungan anggota kelompok yang positif. Ia juga dapat menciptakan situasi kelompok yang kooperatif dan kohesif. Sebaliknya, pada budaya individualistik, pemimpin yang baik adalah individu yang dapat memfokuskan pada pencapaian tujuan kelompok dan lebih menghargai prestasi anggota kelompok daripada memperhatikan dinamika kelompok.
�Situasi psikologis kelompok yang kooperatif, kohesif, dinamis, dan kondusif akan berpengaruh terhadap performansi kelompok, khususnya pada konteks budaya kolektivis,
Dikatakannya bahwa situasi psikologi kelompok yang tidak kondusif dapat menjadi sumber permasalahan riil dan berpengaruh pada performansi kelompok.
Selasa, 28 September 2010
Psikologi Sosial n Psikologi kelompok
Sebelum kita mengetahui kedudukan Psikologi kelompok dalam Psikologi Sosial, terlebih dahulu kita harus mengetahui pengertian dari masing psikologi tersebut
Psikologi Sosial berfokus pada interaksi manusia, serta mengeksplorasi bagaimana tingkah laku kita di pengaruhi dan mempengaruhi orang lain. Singkat kata, psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial.
Ada salah seorang sosiolog yang bernama Ross yang membahas tentang konsep pikiran kelompok ( group mind ). Buku teksnya membuat tentang pikiran orang banyak, opini publik, dan konflik sosial.
Psikologi kelompok termasuk ke dalam Psikologi sosial karena di dalam ilmu psikologi sosial itu terdapat pula pembahasan mengenai suatu kelompok yang saling berinteraksi satu sama lainnya.
Psikologi Sosial berfokus pada interaksi manusia, serta mengeksplorasi bagaimana tingkah laku kita di pengaruhi dan mempengaruhi orang lain. Singkat kata, psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial.
Ada salah seorang sosiolog yang bernama Ross yang membahas tentang konsep pikiran kelompok ( group mind ). Buku teksnya membuat tentang pikiran orang banyak, opini publik, dan konflik sosial.
Psikologi kelompok termasuk ke dalam Psikologi sosial karena di dalam ilmu psikologi sosial itu terdapat pula pembahasan mengenai suatu kelompok yang saling berinteraksi satu sama lainnya.
Langganan:
Postingan (Atom)