Jumat, 26 November 2010

Pengertian kekuasaan

Ada 3 ahli yang berpendapat.
Menurut Weber : kemungkinan dimana seseorang di dalam hubungan sosialnya
mempunyai posisi untuk melakukan keinginannya tanpa perlawanan
Menurut Buckley : kendali atau pengaruh atas perilaku orang lain untuk mendukung
pandangan seseorang tanpa sepengetahuan mereka, bertentangan dengan
keinginan atau pemahaman mereka
Menurut Kipnis : interaksi antara dua pihak, pemegang kekuasaan dan target
person, dimana perilaku tadi diarahkan oleh pemegang kekuasaan

sumber kekuasaan

Dasar-dasar atau Sumber-sumber Kekuasaan
1. Reward
2. Coersive
3. Legitimate
4. Referent
5. Expert

Proses-proses Kekuasaan

Proses-proses Kekuasaan
1. Adanya kepatuhan
2. Formasi Koalisi (sub kelompok dalam kelompok yang lebih besar)

Jumat, 19 November 2010

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kelompok


v Adanya interaksi antar orang-orang yang ada di dalam kumpulan atau suatu kerumunan.
v Ikatan emosional sebagai pernyataan kebersamaan.
v Tujuan atau kepentingan bersama yang ingin dicapai.
v Kepemimpinan yang dipatuhi dalam rangka mencapai tujuan atau kepentingan bersama.
v Norma yang diakui dan diikuti oleh mereka yang terlibat di dalamnya.
v Dalam kelompok dapat dicapai tujuan atau kepentingan pribadi yang penting, misalnya kedudukan dan penghargaan.
v Kelompok menyajikan kegitan yang menarik, misalnya diskusi, menjelajah alam, olahraga, dan lain-lainnya.
v Dapat memenuhi kebutuhan pribadi dalam kelompok, misalnya kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki.

faktor-faktor yang dapat menurunkan tingkat kohesivitas/kepaduan.

Ø Ketidaksamaan tentang tujuan.
Ketidaksamaan pandangan tentang tujuan dari para anggota kelompok dapat menimbulkan adanya konflik. Bila konflik yang terjadi tuidak dapat dikendalikan dapat menyebabkan adanya penurunan tingkat kepaduan.
Ø Besarnya anggota kelompok.
Sejalan dengan bertambah besarnya kelompok, maka frekuensi interaksi di antara anggota kelompok akan menurun. Dengan demikian dapat menurunkan tingkat kepaduan.

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kohesivitas


Ø Kesamaan nilai dan tujuan.
Kohesivitas akan terjadi bila anggota kelompok memiliki sikap, nilai dan tujuan yang sama.
Ø Keberhasilan dalam mencapai tujuan.
Keberhasilan dalam mencapai tujuan yang penting dapat meningkatkan kesatuan kelompok, kepuasan antar anggota kelompok dan membuat kelompok menjadi lebih menarik bagi anggotanya.
Ø Status kelompok.
Kelompok yang memiliki status atau kedudukan yang lebih tinggi lebih menarik bagi para anggotanya.
Ø Penyelesaian perbedaan.
Jika terjadi perbedaan tentang suatu masalah penting yang terjadi dalam kelompok, maka diperlukan penyelesaian yang dapat memuaskan semua anggota.
Ø Kecocokan terhadap norma-norma.
Norma membantu dan mempermudah dalam meramalkan dan mengendalikan perilaku yang terjadi dalam kelompok.
Ø Daya tarik pribadi.
Kohesivitas atau kepaduan akan meningkat jika terdapat adanya daya tarik dari para anggota yaitu adanya kepercayaan timbal balik dan saling memberikan dukungan. Daya tarik ini berfungsi untuk mengatasi hambatan dalam mencapai tujuan.
Ø Persaingan antar kelompok.
Persaingan antar kelompok yang terjadi dapat menyebabkan anggota kelompok lebih erat dan bersatu dalam melakukan aktivitasnya.
Ø Pengakuan dan penghargaan.
Jika suatu kelompok berprestasi dengan baik kemudian mendapat pengakuan dan penghargaan dari pimpinan, maka dapat meningkatkan kebanggaan dan kesetian dari anggota kelompok.
Ø Pengalaman yang tidak menyenangkan dengan kelompok.
Ketika anggota kelompok tidak menarik antara satu sama lainnya atau kurang kepercayaan di antara mereka atau adanya pengalaman yang tidak menyenangkan dapat menurunkan adanya tingkat kepaduan.
Ø Persaingan intern antar anggota kelompok.
Persaingan intern anggota kelompok menyebabkan adanya konflik, permusuhan dan mendorong adanya perpecahan di antara anggota kelompok.
Ø Dominasi.
Jika satu atau lebih anggota kelompok mendominasi kelompok atau karena sifat kepribadian tertentu yang cenderung tidak senang berinteraksi dengan anggota kelompok maka kepaduan atau kohesivitas tidak akan berkembang. Prilaku seperti itu akan menimbulkan terjadinya klik-klikdalam kelompok yang dapat menurunkan tingkat kepaduan.

definisi kohesivitas kelompok

Kohesivitas kelompok merupakan suatu keadaan kelompok yang memiliki soladiritas yang tinggi, bekerjasama dengan baik dan mempunyai komitmen bersama yang kuat untum mencapai tujuan kelompok sehingga anggota kelompoknya merasa puas.

Dalam kelompok yang kohesif anggotanya mempersepsikan anggota kelompok yang lain secara positif sehingga konflik dan pertentangan selalu diselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Jumat, 12 November 2010

Cara Mencegah Groupthink

tujuh cara mencegah groupthink (209-15):
  1. . Pemimpin harus menetapkan setiap anggota peran "evaluator kritis".  Hal ini memungkinkan setiap anggota untuk bebas udara keberatan dan keraguan.
  2. Tinggi-up tidak boleh menyatakan pendapat ketika menetapkan tugas ke grup.
  3. Organisasi harus membuat beberapa kelompok independen, bekerja pada masalah yang sama.
  4. . Semua alternatif yang efektif harus diperiksa.
  5. Setiap anggota harus mendiskusikan ide-ide kelompok dengan orang-orang terpercaya di luar kelompok.
  6. Kelompok tersebut harus mengundang ahli dari luar ke dalam pertemuan. Anggota kelompok harus dibiarkan untuk mendiskusikan dengan dan pertanyaan para ahli luar.
  7. ASetidaknya satu anggota grup harus diberi peran Devil's advokat . This should be a different person for each meeting. Ini harus menjadi orang yang berbeda untuk setiap pertemuan.

pengertian deindividuasi

deindividuation sebagai hilangnya kesadaran diri dan ketakutan evaluasi, yang terjadi dalam situasi kelompok anonimitas yang mendorong dan menarik perhatian dari individu (Myers, 305)

Gejala Indikasi Groupthink

Irving Janis merancang delapan gejala indikasi groupthink (1977).
  1. Ilusi dari kekebalan menciptakan optimisme yang berlebihan dan mengambil risiko mendorong.
  2. Rasionalisasi peringatan yang mungkin menantang asumsi kelompok.
  3. Diragukan lagi kepercayaan dalam moralitas kelompok, menyebabkan anggota untuk mengabaikan konsekuensi dari tindakan mereka.
  4. Stereotipe orang-orang yang menentang kelompok secara lemah, jahat, bias, dengki, cacat, impoten, atau bodoh.
  5. Langsung tekanan untuk menyesuaikan ditempatkan pada setiap anggota yang pertanyaan kelompok, ditulis dalam hal "ketidaksetiaan".
  6. Self sensor gagasan yang menyimpang dari konsensus kelompok jelas.
  7. Ilusi kebulatan antara anggota kelompok, diam dipandang sebagai perjanjian.
  8. Pikiran penjaga --menunjuk anggota kelompok sendiri yang perisai dari dissenting informasi.

Penyebab Groupthink

Psikolog sosial Clark McCauley 's tiga kondisi di mana groupthink terjadi:
  • Kepemimpinan direktif.
  •   Homogenitas anggota dari latar belakang sosial dan ideologi.
  •   Isolasi kelompok dari sumber luar informasi dan analisis.

Pengertian Groupthink

Groupthink adalah jenis pemikiran dalam dalam kelompok sangat kohesif yang anggotanya mencoba untuk meminimalkan konflik dan mencapai konsensus tanpa kritis pengujian, analisis dan mengevaluasi ide-ide.  Ini adalah konsekuensi negatif kedua potensi kohesi kelompok.
Irving Janis mempelajari sejumlah kebijakan Luar Negeri Amerika 'bencana' seperti kegagalan untuk mengantisipasi Jepang menyerang Pearl Harbor (1941), dari Babi kegagalan Bay (1961) ketika pemerintah AS berusaha untuk menggulingkan pemerintah Kuba Fidel Castro, dan penuntutan Perang Vietnam (1964-1967) oleh Presiden Lyndon Johnson. Dia menyimpulkan bahwa dalam setiap kasus ini, keputusan yang dibuat sebagian besar karena sifat kohesif dari komite yang membuat mereka. Selain itu, kekompakan yang mencegah pandangan bertentangan dari yang disajikan dan kemudian dievaluasi. . Seperti yang didefinisikan oleh Janis, "Sebuah cara berpikir bahwa orang-orang terlibat dalam ketika mereka sangat terlibat dalam-dalam grup kohesif, ketika para anggota 'hasrat untuk kebulatan suara menimpa motivasi mereka untuk secara realistis menilai program alternatif tindakan". 
Ikreativitas individu, keunikan, dan berpikir independen yang hilang dalam mengejar kohesivitas kelompok seperti juga keuntungan dari saldo yang wajar dalam pilihan dan berpikir yang biasanya bisa diperoleh dengan membuat keputusan sebagai sebuah kelompok.  Selama groupthink, anggota menghindari kelompok mempromosikan sudut pandang di luar zona kenyamanan konsensus berpikir.Berbagai motif untuk ini mungkin ada seperti keinginan untuk menghindari dilihat sebagai bodoh, atau keinginan untuk menghindari kemarahan memalukan atau anggota lain dari grup.Groupthink dapat menyebabkan kelompok untuk membuat tergesa-gesa, keputusan irasional, dimana keraguan individu disisihkan, karena takut mengacaukan keseimbangan kelompok. Istilah ini sering digunakan pejoratively, di belakang. Selain itu, sulit untuk menilai kualitas pengambilan keputusan dalam hal hasil sepanjang waktu, tetapi orang bisa hampir selalu mengevaluasi kualitas proses pengambilan keputusan.

Norming dalam kel External

  1. Tahap Norming (Penetapan aturan-aturan/nilai-nilai) dalam kelompok External
Dalam kelompok CAC, peran ketua kelompok diperlukan mampu mengambil keputusandari berbagai ide-ide atau gagasan-gagasan dari setiap anggota. Selain itu ketua kelompok juga harus tegas terhadap peraturan-peraturan yang telah disepakati sebelum menjadi anggota CAC,dan jujur dalam mengumpulkan kas kelompok untuk disumbangkan ke panti-panti asuhan.
Kelompok CAC ini belum mencapai tahap Performing (Penyempurnaan), karena setiap anggota atau hubungan personalnya tidak mencapai kesalingtergantungan antar anggota, bahkan setiap anggota ada yang tidak terlalu dekat karena jumlahnya mencapai 80 orang. Selama kelompok itu masih berjalan, tahapan adjourning tidak akan tercapai.

Tahap Norming

 Norming dalam Kelompok Internal
Didalam kelompok shutter ini, hubungan antar kelompok sangat erat dan dibutuhkan kerjasama yang baik untuk mencapai tujuan yang maksimum. Kelompok ini memiliki aturan yang sifatnya tertulis dan tidak tertulis yang harus dipatuhi oleh setiap anggota.
Jika tahap-tahap yang dilalui kelompok dalam proses pembentukan kelompok, seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa ternyata kelompok Shutter ini belum mencapai tahap selanjutnya yaitu tahap performing dan tahap adjourning. Karena kelompok ini diantara para anggota kelompok tidak saling merasa ketergantungan, tetapi lebih mengarah kepada hubungan personal antar anggota kelompoklah yang sangat kuat.

Pandangan lain TTG deindividuasi

Menurut Lorenz, deindividuasi dapat mengarahkan individu kepada keleluasaan dalam melakukan  agresi sehingga agresi yang dilakukan bisa lebih intens. Hal itu didukung penelitian penjara tiruan oleh Zimbardo dan kolega-koleganya. Deindividuasi mengurangi peran identitas diri atau personalitas individu pelaku ataupun korbannya.  Pada kondisi normal, identitas diri berfungsi mambatasi intensitas agresi.

Anonimitas adalah Faktor kunci Deindividuasi


Faktor kunci dalam deindividuasi adalah anonimitas (Forsyth, 1990). Apa saja yang membuat seseorang menjadi kurang dapat dikenali secara pribadi dapat meningkatkan efek deindividuasi. Makin anonim seseorang, makin berkurang tanggungjawab mereka atas tindakan-tindakan mereka. Akibatnya, anonimitas mendorong terbentuknya tingkahlaku yang tidak bertanggungjawab.
Dengan anominitas pada dirinya, seorang aparat hukum berani berkonspirasi, dengan tidak melakukan kewajibannya sebagaimana yang semestinya harus ia kerjakan. Sebaliknya, ia justru berani menerima tawaran untuk bersekongkol, yang tentunya berujung pada sebuah imbalan harga yang layak atas “jasanya” itu. Selanjutnya, anonimitas membuat aparat hukum lepas tangan atas tindakan “buruk” yang dilakukannya itu. Cirinya sangat jelas, yaitu upaya lempar-melempar tanggungjawab. Padahal tanggungjawab itu sebenarnya adalah tanggungan mereka sendiri. Anonimitas menciptakan kekaburan tanggung jawab yang membuat seseorang tidak merasa bersalah atas perbuatan salah yang telah dilakukannya.

Deindividuasi

Membuka ruang konspirasi, yang lebih dikenal dengan istilah sogokan, terhadap koruptor untuk kabur adalah fenomena penegasan yang membuktikan kurangnya tanggungjawab para penegak hukum terhadap peran yang dipercayakan padanya. Sedangkan tindakan saling melempar tanggungjawab antar penegak hukum lantaran kaburnya seorang koruptor, adalah upaya mereka untuk “cuci tangan” atau mau menghindar dari keburukan tersebut. Lalu siapakah yang mesti bertangungjawab?
Kondisi lemahnya tanggungjawab ini menandakan sebuah gejala deindividuasi dalam kesadaran hukum kita. Deindividuasi adalah hilangnya tanggungjawab pribadi yang menjadikan kepedulian seseorang berkurang terhadap akibat-akibat dari tindakan-tindakannya (Zimbardo, 1970). Akibatnya, seseorang menjadi lemah dalam kesadaran diri untuk melakukan suatu kewajiban moral ataupun hukum. Padahal tanggungjawab hukum bukanlah beban segelintir orang saja, melainkan segenap individu dengan segala tugas dan kedudukan yang diampunya.
Gejala deindividuasi di dalam tubuh penegak hukum mengakibatkan lembaga ini tidak berjalan dengan efektif sebagaimana mestinya. Hukum yang seharusnya ditegakkan sebaliknya malahan dicampakkan. Koruptor yang semestinya dihukum dan dipenjara, malah bisa bebas dengan status tidak bersalah. Keadilan yang semestinya diutamakan dan dijunjung tinggi, malahan ditelantarkan. Maka, jangan kaget jika hukum kita ternyata bisa dihargai dengan sepeser uang.